Kakawin Prasuling ring Hamelin
Prasuling ring Hamelin mengalun sebagai kakawin dari cerita saduran yang berusaha mewujudkan perwujudan kembali kisah klasik dalam susunan barunya sebagai karya sastra Jawa Kuno. Penulisnya, dengan rendah hati menyebut dirinya tak lebih dari semut yang ingin menjadi gajah, yang berusaha menganyam kata-kata untuk menciptakan peristiwa Hamelin dalam nuansa sastra klasik Bali.
Dari bait-baitnya mengalir kisah tentang kota yang dilanda hama, tikus-tikus berjejal seperti ombak yang menghempas negeri tanpa ampun. Lalu, datanglah sosok misterius berselendang kuning, sang Pid Piper, yang sulingnya bukan sekadar alat musik, melainkan jadi solusi untuk kota itu. Ia menghapus hama tikus dengan nada manis, namun menciptakan kehancuran yang lebih sunyi dan dalam dengan mengambil yang paling berharga dari Hamelin: anak-anaknya.
Bagai peringatan bagi mereka yang melupakan janji, kisah ini tak hanya berkisah tentang kecurangan dan pembalasan, tetapi juga tentang kesetiaan pada kata-kata yang pernah terucap. Di balik susunan kakawin ini tersimpan makna tentang kekecewaan yang menggema seperti jejak langkah anak-anak yang tak pernah kembali. Kisah ini adalah cermin dari manusia yang abai pada utang budi dan kesetiaan. Dan di ujungnya, seperti doa yang bergaung di kesunyian, kakawin ini menjadi persembahan kepada Yang Mahaagung, seperti suling yang menghembuskan nada terakhirnya sebelum tenggelam dalam keabadian.
Simak kakawin ini dalam tautan berikut: KAKAWIN PRASULING RING HAMELIN
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.