Babad sebagai sebuah karya sastra sejarah ditulis oleh
seorang pujangga dengan tujuan untuk memuliakan leluhur suci dari sebuah klan
yang diangkat dalam cerita. Tradisi penulisan babad oleh seorang penulis dengan
berbagai tujuan dapat memberikan semacam peluang bagi penulis untuk
menyelelipkan imajinasi, tafsiran fakta, alam pikiran, kepercayaan serta
unsur-unsur fiktif yang senantiasa dihubungkan dengan keberadaan leluhurnya.
Penulis babad meramu peristiwa-peristiwa sejarah sesuai dengan daya khayal,
intelektual, pandangan, selera, pengalaman, situasi dan kondisi pada zamannya.
Penulis babad akan lebih cenderung untuk menuliskan apa yang sebaiknya ditulis
ketimbang apa yang seharusnya ditulis dalam sebuah babad. Dengan demikian babad
akan bersifat lokal dan subjektif, sehingga bukanlah merupakan sumber yang
kritis ilmiah.
Menurut A.A Gde Putra Agung, Babad di Bali biasanya
memiliki sifat-sifat khusus yakni :
a.
Sakral Magis
b.
Legendaris
c.
Mitologis
d.
Religio-magis
e.
Istanasentris
f.
Rajakultus
g.
Genealogis
h.
Pragmentaris
i.
Pragmatis
j.
Lokal
k.
Analogis Simbolis
l.
Anonim (tanpa nama pengarang)
Menurut Sartono Kartodirjo (1968) babad di Jawa
bersifat :
a.
Genealogis
(permulaan dari semua penulisan sejarah)
b.
Asal mula raja
kultus yang mistis atau legendaris.
c.
Mitologis Melayu
Polinesia tentang perkawinan dengan bidadari.
d.
Legenda tentang
pembuangan anak.
e.
Legenda tentang
permulaan kerajaan.
f.
Kecenderungan
menjungjung tinggi raja kula.
FX. Soenaryo (1981) menyebutkan bahwa babad pada
umumnya memiliki sifat-sifat terpenting yaitu genealogis, mitologis dan asal
mula raja kultus yang mistis atau legendaris.
Sehingga, secara umum babad bersifat historis, lokal,
anonim dan fiktif (mitologis, legendaris, simbolis dan sugesti.)

0 komentar:
Posting Komentar